JAKARTA, KataIndonesia.com – Butuh waktu puluhan tahun bagi Mathozin dan istrinya, Muniroh untuk mendapatkan panggilan sebagai tamu Allah. Perjuangannya pun tak mudah, sebab keduanya tak memiliki penghasilan tetap.
Sehari-hari, Mathozin (50) bekerja sebagai kuli angkut di Pasar Desa Tanjung Mekar, Kecamatan Kalitengah yang jauh dari rumahnya di Desa Sugihwaras.
Hanya bermodalkan sepeda angin, tiap hari ayah dua anak itu pergi ke pasar dan hanya bisa menunggu bilamana ada yang ingin memanfaatkan jasanya untuk mengantar barang kulakan pembeli.
Baca Juga
“Tiap hari saya di pasar menunggu apakah ada pembeli maupun penjual yang akan memanfaatkan jasa saya,” kisah Mathozin saat berbincang dengan kataindonesiacom beberapa waktu lalu.
Dari profesi menjadi kuli angkut pasar ini, kata Mathozin, penghasilannya juga tak seberapa, yaitu sekitar Rp 30 ribu perhari. Sedangkan sang istri, Muniroh berjualan bunga untuk ziarah.
“Penghasilan saya juga tidak menentu, karena saya biasanya jual bunga keliling di beberapa makam,” tutur Muniroh.
Dari sekali berkeliling menjual bunga, Muniroh mengaku memperoleh uang sebesar Rp 100-150 ribu. Hanya saja, ia juga hanya berjualan di hari-hari tertentu saja.
Untuk itu, keduanya tak dapat memastikan berapa uang yang disisihkan untuk bisa mendaftar haji berdua. Apalagi kedua anak mereka masih duduk di bangku sekolah.
Tetapi setidaknya, Muniroh mengaku dalam sehari mereka bisa menyisihkan uang sekitar Rp 20-50 ribu untuk tabungan naik haji.
“Pokoknya ada uang lebih ya kami sisihkan. Tahu-tahu uang kami cukup untuk mendaftar pada tahun 2010,” jelas Muniroh yang mengaku usai mendaftar mereka juga masih terus menyisihkan rejekinya untuk biaya pelunasan.
Saking lamanya, keduanya mengaku tak ingat pasti sejak kapan mereka mulai menabung. Seingat Muniroh, mereka mulai menabung sejak menikah atau sekitar 25 tahun silam. Namun lagi-lagi usaha tak pernah membohongi hasil.
“Alhamdulillah, hasil jerih payah saya selama puluhan tahun akhirnya saya bisa naik haji dan masuk dalam Kloter 48 Lamongan,” tutur Mathozin.
LAPORAN: FAJRIN HAKIM